Cerita ini sengaja banget dibuat dalam rangka memeriahkan halloween. 3 cerita di dalam post ini semuanya pengalaman pribadi di masa lalu ketika saya masih SMA dan menginjak kuliah, bandel, kadang suka bolos mata pelajaran sampai roknya sobek karena dikejar-kejar guru sholatnya bolong-bolong (huh, sekarang juga masih bolong-bolong) nggak tau kenapa dan bagaimana saya dulu sensitif banget dengan serem-sereman semacam ini yang kemudian berhenti sendiri sejak masuk kuliah. Dulu, ketika saya sensitif sama hal-hal beginian saya nggak takut serem-sereman beda sama sekarang yang nonton film serem aja tutup mata tutup kuping tutup kepala kalau bisa nggak usah pakai nonton sekalian.
Satu
Ini terjadinya masa awal kuliah. Jaman saya dulu ospeknya 3 kali, Ospek Universitas, Fakultas, dan jurusan. Nah acara di coban talun ini lupa saya termasuk outingnya atau apa, yang jelas semua Maba FIA sejurusan saya waktu itu dibawa kemping kesana.
Coban talun itu ceritanya air terjun, tapi kita kempingnya di semacam camping ground yang letaknya di pelataran luas banyak pohon-pohonnya. Camping groundnya itu semacam tempat landai di tengah-tengah. di depannya jurang dan diatasnya bukit. Jalan buat naik ke bukit itu ada di sebelah kamar mandi.
Nah malam-malam hari setelah selesai acara makan kita semua masuk tenda. Saya waktu itu sakit, lupa sakit apa, kalau nggak salah sih panas demam jadi nggak ikut acara renungan malam. Renungan malam itu ceritanya duduk di depan api unggun sambil dengerin cerita senior-senior tentang pengalaman dunia perkuliahan dan cerita dosen-dosen dan seputar kampus.
Waktu itu kalau nggak salah 1 tenda isinya sekitar 20-an anak cewek. Karena sakit, saya di tenda bareng 2 orang anak tapi mereka tidur di ujung-ujung tenda agak jauh sama saya. Temen tidur saya kanan dan kiri ikut acara renungan malam semua. Karena nggak ada teman jadi saya tidur, karena capek siangnya naik truk bak terbuka dan trekking ke air terjun, tidurnya sangat nyenyak. Ketika lagi asyik tidur, tiba-tiba badan saya rasanya dingin semua. Beneran dingin kaya dimasukkan kedalam freezer daging (iya saya pernah masuk freezer daging yang besar itu). Padahal saya tidur posisinya selimutan, pakai celana 2 lapis dan baju juga 2 lapis, sarung tangan, topi, dan kaos kaki. Waktu itu sih cuek, karena hawanya memang beneran dingin dan ditambah sedang nggak enak badan jadi ya diam aja dan tidur lagi.
Nggak lama kemudian sepertinya acara renungan malam selesai karena ada langkah-langkah banyak di sekitar tenda. Langkahnya itu berderap keras seperti tentara mau berangkat perang dan ada suara "woi woi woi"kaya neriakin musuh. Saya masih tetap diam dan nggak bergerak karena saya kira kakak-kakak angkatan saya iseng bercanda di sebelah tenda saya.
Beberapa waktu kemudian saya baru ingat, tenda cewek itu adanya di tengah-tengah dikelilingi tenda cowok dan panitia. dan di sebelah tenda saya itu nggak ada tempat yang memungkinkan ada orang masuk bahkan menderapkan kaki kecuali orang itu badannya setipis triplek karena tenda itu dibangunnya mepet antara satu dengan yang lain. Saya masih tetap diam dan bergerak walaupun agak merinding dan masih kedengaran suara acara dari area sekitar api unggun lewat speaker yang tandanya acaranya belum selesai.
Singkat cerita, acara renungan malam itu selesai. Mulai ada teman-teman yang kembali ke tenda dan kali ini tenang saja tanpa suara langkah yang berderap. Teman tidur saya kanan dan kiri (maaf banget lupa ini siapa sudah nyaris 10 tahun bro) belum kembali.
Lalu ada suara berisik di depan tenda dan ada suara-suara orang buka penutup "pintu"tenda. Eh, kok sebut-sebut nama Ajeng ajeng ada apa ya?
Beberapa saat kemudian, ada orang yang mendekati saya, mungkin karena mengira saya tidur dia duduk di sebelah saya sambil nempelin tangan ke kening saya. Setelah saya buka mata ternyata teman-teman saya berkerumun di dekat saya. Melihat saya buka mata, mereka kompak menghela nafas lega dan nanya äpa saya baik-baik saja.
2 teman saya kemudian cerita, setelah acara renungan malam banyak cewek-cewek jalan ke kamar mandi, karena antriannya panjang, 1 kamar mandi digunakan oleh 2 orang maka masuklah teman saya berdua. Keluar dari kamar mandi, katanya ada saya berdiri di jalan menuju bukit yang adanya di sebelah kamar mandi. Lalu saya melambaikan tangan memanggil mereka berdua dan setelah mereka mendekat saya yang berdiri di jalan setapak itu mengajak mereka naik ke atas bukit lewat jalan itu.
Reaksi pertama tentu saya bengong. Wong saya daritadi kedinginan di dalam tenda dan nggak pergi kemana-mana sama sekali. Dan lagi, ngapain juga saya ngajak naik bukit malam-malam. Untung aja 2 teman saya itu nggak nurut dan ikut naik.
Kalau kata mereka sih, saya yang berdiri di jalan setapak itu pakai baju yang sama dengan saya waktu itu cuma suaranya berat seperti orang pilek. Mereka kira itu benar-benar saya karena bajunya sama.
Beberapa waktu kemudian ada kakak angkatan yang masuk tenda dan menyuruh kami tidur setelah sebelumnya membaca doa. Lalu dia mendekati saya dan memperingatkan saya untuk terus berdzikir karena diperkirakan ada makhluk halus yang menyerupai saya berusaha mengajak teman-teman saya "pergi"'
Yang saya heran, kenapa ya itu makhluk halus menjelma jadi saya? Kurang ajar banget kan
Coban talun itu ceritanya air terjun, tapi kita kempingnya di semacam camping ground yang letaknya di pelataran luas banyak pohon-pohonnya. Camping groundnya itu semacam tempat landai di tengah-tengah. di depannya jurang dan diatasnya bukit. Jalan buat naik ke bukit itu ada di sebelah kamar mandi.
Nah malam-malam hari setelah selesai acara makan kita semua masuk tenda. Saya waktu itu sakit, lupa sakit apa, kalau nggak salah sih panas demam jadi nggak ikut acara renungan malam. Renungan malam itu ceritanya duduk di depan api unggun sambil dengerin cerita senior-senior tentang pengalaman dunia perkuliahan dan cerita dosen-dosen dan seputar kampus.
Waktu itu kalau nggak salah 1 tenda isinya sekitar 20-an anak cewek. Karena sakit, saya di tenda bareng 2 orang anak tapi mereka tidur di ujung-ujung tenda agak jauh sama saya. Temen tidur saya kanan dan kiri ikut acara renungan malam semua. Karena nggak ada teman jadi saya tidur, karena capek siangnya naik truk bak terbuka dan trekking ke air terjun, tidurnya sangat nyenyak. Ketika lagi asyik tidur, tiba-tiba badan saya rasanya dingin semua. Beneran dingin kaya dimasukkan kedalam freezer daging (iya saya pernah masuk freezer daging yang besar itu). Padahal saya tidur posisinya selimutan, pakai celana 2 lapis dan baju juga 2 lapis, sarung tangan, topi, dan kaos kaki. Waktu itu sih cuek, karena hawanya memang beneran dingin dan ditambah sedang nggak enak badan jadi ya diam aja dan tidur lagi.
Nggak lama kemudian sepertinya acara renungan malam selesai karena ada langkah-langkah banyak di sekitar tenda. Langkahnya itu berderap keras seperti tentara mau berangkat perang dan ada suara "woi woi woi"kaya neriakin musuh. Saya masih tetap diam dan nggak bergerak karena saya kira kakak-kakak angkatan saya iseng bercanda di sebelah tenda saya.
Beberapa waktu kemudian saya baru ingat, tenda cewek itu adanya di tengah-tengah dikelilingi tenda cowok dan panitia. dan di sebelah tenda saya itu nggak ada tempat yang memungkinkan ada orang masuk bahkan menderapkan kaki kecuali orang itu badannya setipis triplek karena tenda itu dibangunnya mepet antara satu dengan yang lain. Saya masih tetap diam dan bergerak walaupun agak merinding dan masih kedengaran suara acara dari area sekitar api unggun lewat speaker yang tandanya acaranya belum selesai.
Singkat cerita, acara renungan malam itu selesai. Mulai ada teman-teman yang kembali ke tenda dan kali ini tenang saja tanpa suara langkah yang berderap. Teman tidur saya kanan dan kiri (maaf banget lupa ini siapa sudah nyaris 10 tahun bro) belum kembali.
Lalu ada suara berisik di depan tenda dan ada suara-suara orang buka penutup "pintu"tenda. Eh, kok sebut-sebut nama Ajeng ajeng ada apa ya?
Beberapa saat kemudian, ada orang yang mendekati saya, mungkin karena mengira saya tidur dia duduk di sebelah saya sambil nempelin tangan ke kening saya. Setelah saya buka mata ternyata teman-teman saya berkerumun di dekat saya. Melihat saya buka mata, mereka kompak menghela nafas lega dan nanya äpa saya baik-baik saja.
2 teman saya kemudian cerita, setelah acara renungan malam banyak cewek-cewek jalan ke kamar mandi, karena antriannya panjang, 1 kamar mandi digunakan oleh 2 orang maka masuklah teman saya berdua. Keluar dari kamar mandi, katanya ada saya berdiri di jalan menuju bukit yang adanya di sebelah kamar mandi. Lalu saya melambaikan tangan memanggil mereka berdua dan setelah mereka mendekat saya yang berdiri di jalan setapak itu mengajak mereka naik ke atas bukit lewat jalan itu.
Reaksi pertama tentu saya bengong. Wong saya daritadi kedinginan di dalam tenda dan nggak pergi kemana-mana sama sekali. Dan lagi, ngapain juga saya ngajak naik bukit malam-malam. Untung aja 2 teman saya itu nggak nurut dan ikut naik.
Kalau kata mereka sih, saya yang berdiri di jalan setapak itu pakai baju yang sama dengan saya waktu itu cuma suaranya berat seperti orang pilek. Mereka kira itu benar-benar saya karena bajunya sama.
Beberapa waktu kemudian ada kakak angkatan yang masuk tenda dan menyuruh kami tidur setelah sebelumnya membaca doa. Lalu dia mendekati saya dan memperingatkan saya untuk terus berdzikir karena diperkirakan ada makhluk halus yang menyerupai saya berusaha mengajak teman-teman saya "pergi"'
Yang saya heran, kenapa ya itu makhluk halus menjelma jadi saya? Kurang ajar banget kan
Dua
Suatu ketika saya hobby banget nongkrong di radio. Waktu itu kalau nggak salah jaman SMA kelas 2. Ceritanya dulu pada masa itu pacar saya penyiar radio (ehem) jadi saya seringkali setelah dijemput les nemenin dia siaran kalau jam siarannya sore.
Jadi kita berdua itu dulu suka nongkrong di teras sambil makan bareng, saya ingat banget waktu itu lepas magrib dan kita lagi makan soto langganan yang ada di depan radio itu. Di teras itu ada kusi yang menghadap parkiran motor dan tembok lebar berwarna putih.
Kita berdua makan sambil ngobrol, lupa ngobrol apa. Yang jelas nggak tau kenapa saya tiba-tiba lihat ke tembok putih lebar di depan itu.
Tenyata, ada mbak-mbak baju putih lagi nongkrong diatas tembok itu sambil ngeliatin kita berdua (atau saya aja?) langsung dong saya towel itu mas di sebelah dan tentu saya menanyakan pertanyaan yang pasti akan ditanyakan semua orang kalau ada cewek nongkrong di atas tembok
saya :"eh, itu cewek ngapain ya diatas tembok?"
mas sebelah " mana ada cewek di atas tembok? nggak ada apa-apa"
langsung saya terdiam dong, lha wong jelas-jelas saya lihat itu si mbak duduk diatas tembok sambil liatin saya. Wajahnya si mbak ya wajah cewek gitu, nggak tau punggungnya bolong atau nggak. Nggak ada darah-darahnya atau lebamnya dan bajunya putih bersih yang bahannya melambai-lambai ala hijabers jaman sekarang.
Mas sebelah lanjut makan, saya lupa lanjut makan atau nggak, yang dulu-dulu nggak usah diinget-inget (apasih) pokoknya saya ingat saya ngelihatin mbak itu terus sampai akhirnya dia bergerak dan.. terbang.
Iya terbang.. beneran terbang yang kaya burung posisi badannya. Jadi nggak tegak berdiri tapi posisi terbang, tau kan? Dan sampai sekarang saya masih ingat wajahnya itu tetap sambil ngelihatin saya, untungnya nggak sambil ketawa ngikik
Dia terbang dari ujung tembok satu ke ujung lainnya lalu dia menclok di ujung tembok satunya dan... ilang. Langsung deh saya super parno, takut kalau dia ngilang dan muncul lagi di sebelah saya. Kaburlah saya ke dalam dan kemudian kalau nggak salah saya ngacir pulang. Untung si mbak gak ngikut
Jadi kita berdua itu dulu suka nongkrong di teras sambil makan bareng, saya ingat banget waktu itu lepas magrib dan kita lagi makan soto langganan yang ada di depan radio itu. Di teras itu ada kusi yang menghadap parkiran motor dan tembok lebar berwarna putih.
Kita berdua makan sambil ngobrol, lupa ngobrol apa. Yang jelas nggak tau kenapa saya tiba-tiba lihat ke tembok putih lebar di depan itu.
Tenyata, ada mbak-mbak baju putih lagi nongkrong diatas tembok itu sambil ngeliatin kita berdua (atau saya aja?) langsung dong saya towel itu mas di sebelah dan tentu saya menanyakan pertanyaan yang pasti akan ditanyakan semua orang kalau ada cewek nongkrong di atas tembok
saya :"eh, itu cewek ngapain ya diatas tembok?"
mas sebelah " mana ada cewek di atas tembok? nggak ada apa-apa"
langsung saya terdiam dong, lha wong jelas-jelas saya lihat itu si mbak duduk diatas tembok sambil liatin saya. Wajahnya si mbak ya wajah cewek gitu, nggak tau punggungnya bolong atau nggak. Nggak ada darah-darahnya atau lebamnya dan bajunya putih bersih yang bahannya melambai-lambai ala hijabers jaman sekarang.
Mas sebelah lanjut makan, saya lupa lanjut makan atau nggak, yang dulu-dulu nggak usah diinget-inget (apasih) pokoknya saya ingat saya ngelihatin mbak itu terus sampai akhirnya dia bergerak dan.. terbang.
Iya terbang.. beneran terbang yang kaya burung posisi badannya. Jadi nggak tegak berdiri tapi posisi terbang, tau kan? Dan sampai sekarang saya masih ingat wajahnya itu tetap sambil ngelihatin saya, untungnya nggak sambil ketawa ngikik
Dia terbang dari ujung tembok satu ke ujung lainnya lalu dia menclok di ujung tembok satunya dan... ilang. Langsung deh saya super parno, takut kalau dia ngilang dan muncul lagi di sebelah saya. Kaburlah saya ke dalam dan kemudian kalau nggak salah saya ngacir pulang. Untung si mbak gak ngikut
Tiga
Kalau kisah ketiga ini paling absurd sekaligus paling nggak enak diingat karena melibatkan Kepala tanpa tubuh
Saya dulu sekolah di SMA paling favorit se-Kediri, walaupun SMA nya paling bagus, jaman saya sekolah dulu gedungnya sungguh tua. Gedung induknya itu peninggalan jaman belanda dan dipertahankan seperti itu. Bahkan saking dipertahankannya, jaman saya sekolah bagian depannya ya mirip seperti foto jadul ini. Cerita hantu di gedung induk itu banyak banget, terutama melibatkan mbak yang bunuh diri di lantai 3 gedung induk (aduh siapa ya nama mbaknya yang terkenal seantero sekolah dan alumninya, lupa!) dan menghantui lantai 3 dan cerita hantu cewek yang hobby menghantui tandon air sekolah dekat lapangan basket dan serombongan makhluk hobby "pesta" di gedung induk
Ceritanya saya lagi ikut acara pondok romadhon di sekolah. Jaman saya pondok romadhon itu nginep, tapi nginepnya nggak di gedung induk tapi di bangunan kelas baru yang ada di dekat lapangan. Nah, di depan kelas tempat nginap itu ada koridor yang di ujungnya ada kamar mandi dan sebelumnya ada ruang karawitan. Saya waktu itu sedang halangan jadi pas teman-teman ngaji malam saya melipir di pojok. Ngajinya lama kalau nggak salah intinya saya nggak tahan pengen pipis dan karena nggak ada teman saya terpaksa pergi ke kamar mandi di ujung koridor itu sendirian
Sebelumnya diceritain dulu deh koridor itu bentukannya gimana. Ini jaman dulu ya, jaman saya sekolah. Kayanya kalau sekarang sekolah saya itu bagus deh udah nggak kaya dulu lagi. Jadi koridor itu terbuka, nggak ada atapnya jadi kalau lihat keatas ya langit pemandangannya, koridor bangunan kelas sama koridor di depan ruang karawitan itu beda, koridor yang depan ruang karawitan itu agak naik posisinya jadi nggak lurus yang bisa kelihatan dari depan kelas.
Jadi singkat cerita, saya berangkat ke kamar mandi sendirian. Kebelet, bro. Jalan lah saya sambil bawa senter. Sebenarnya daerah situ nggak gelap banget, tapi parno aja.
Sampai di tangga yang mau naik ke koridor ruang karawitan itu saya denger suara "buk" persis suara barang jatuh gitu. Pas itu sih saya sudah ngefreeze dan nggak mau lanjut jalan. Mau balik lewat koridor satunya yang depan perpustakaan kok sama aja seremnya. Ya udah, tanggung ini lanjut jalan deh.
Ternyata oh ternyata..pas sampai ke ujung tangga yang cuma sekitar 3-5 step itu ada suara buk kedua
saya otomatis lihat dong kearah suara itu
Ternyata
ya ampun saya masih sebel banget kalau ingat ini
Beberapa langkah di depan saya ada sesuatu yang bulat tergeletak. Saya sungguhan mengira itu kelapa ternyata setelah dilihat lebih seksama (penasaran, bro) ternyata setelah damati, itu adalah kepala, kepala orang. Nggak tau kepala manusia atau apa yang jelas itu kepala. Beneran kepala, yang ada rambut dan wajahnya tapi geletakan di lantai nggak ada badannya.
Dan dia meringis
ke arah saya!
Sial banget kan saya, dan lagi badan ini rasanya beneran kaya beku gitu nggak bisa bergerak. Jadi sempet banget liat meringisnya itu agak lama.
Begitu nggak freeze lagi langsung lari balik ke kelas, sama sekali lupa kalau kebelet. Dan abis itu badan rasanya lemeeeeess banget.
Nggak berani cerita ke siapa-siapa karena takut pada panik. Besoknya, setelah terang langitnya saya baru cerita sama kakak kelas yang ada disitu. Dan, disuruh berdoa aja. Yaelah.. dari kemarin abis liat yang ada doa terus mbak hahaha
Sekarang, saya sudah nggak pernah sama sekali lihat serem-sereman macam begini. Kalau di rumah sekarang yang di Malang paling suka denger langkah-langkah diatas genteng. Tapi ya, dianggep aja kucing jalan-jalan diatap.
Dan lagi, saya sekarang penakut kelas berat. Mana berani saya nonton conjuring yang valak-valak itu. Pada nonton bareng di pojok aja saya melipir pasang headset nontonin vlog.
Makanya say sih heran kalau ada orang berburu hantu dan sengaja pengen lihat yang serem. Kalau saya sih ogah bro
Cheers,
Ajeng
Saya dulu sekolah di SMA paling favorit se-Kediri, walaupun SMA nya paling bagus, jaman saya sekolah dulu gedungnya sungguh tua. Gedung induknya itu peninggalan jaman belanda dan dipertahankan seperti itu. Bahkan saking dipertahankannya, jaman saya sekolah bagian depannya ya mirip seperti foto jadul ini. Cerita hantu di gedung induk itu banyak banget, terutama melibatkan mbak yang bunuh diri di lantai 3 gedung induk (aduh siapa ya nama mbaknya yang terkenal seantero sekolah dan alumninya, lupa!) dan menghantui lantai 3 dan cerita hantu cewek yang hobby menghantui tandon air sekolah dekat lapangan basket dan serombongan makhluk hobby "pesta" di gedung induk
Ceritanya saya lagi ikut acara pondok romadhon di sekolah. Jaman saya pondok romadhon itu nginep, tapi nginepnya nggak di gedung induk tapi di bangunan kelas baru yang ada di dekat lapangan. Nah, di depan kelas tempat nginap itu ada koridor yang di ujungnya ada kamar mandi dan sebelumnya ada ruang karawitan. Saya waktu itu sedang halangan jadi pas teman-teman ngaji malam saya melipir di pojok. Ngajinya lama kalau nggak salah intinya saya nggak tahan pengen pipis dan karena nggak ada teman saya terpaksa pergi ke kamar mandi di ujung koridor itu sendirian
Sebelumnya diceritain dulu deh koridor itu bentukannya gimana. Ini jaman dulu ya, jaman saya sekolah. Kayanya kalau sekarang sekolah saya itu bagus deh udah nggak kaya dulu lagi. Jadi koridor itu terbuka, nggak ada atapnya jadi kalau lihat keatas ya langit pemandangannya, koridor bangunan kelas sama koridor di depan ruang karawitan itu beda, koridor yang depan ruang karawitan itu agak naik posisinya jadi nggak lurus yang bisa kelihatan dari depan kelas.
Jadi singkat cerita, saya berangkat ke kamar mandi sendirian. Kebelet, bro. Jalan lah saya sambil bawa senter. Sebenarnya daerah situ nggak gelap banget, tapi parno aja.
Sampai di tangga yang mau naik ke koridor ruang karawitan itu saya denger suara "buk" persis suara barang jatuh gitu. Pas itu sih saya sudah ngefreeze dan nggak mau lanjut jalan. Mau balik lewat koridor satunya yang depan perpustakaan kok sama aja seremnya. Ya udah, tanggung ini lanjut jalan deh.
Ternyata oh ternyata..pas sampai ke ujung tangga yang cuma sekitar 3-5 step itu ada suara buk kedua
saya otomatis lihat dong kearah suara itu
Ternyata
ya ampun saya masih sebel banget kalau ingat ini
Beberapa langkah di depan saya ada sesuatu yang bulat tergeletak. Saya sungguhan mengira itu kelapa ternyata setelah dilihat lebih seksama (penasaran, bro) ternyata setelah damati, itu adalah kepala, kepala orang. Nggak tau kepala manusia atau apa yang jelas itu kepala. Beneran kepala, yang ada rambut dan wajahnya tapi geletakan di lantai nggak ada badannya.
Dan dia meringis
ke arah saya!
Sial banget kan saya, dan lagi badan ini rasanya beneran kaya beku gitu nggak bisa bergerak. Jadi sempet banget liat meringisnya itu agak lama.
Begitu nggak freeze lagi langsung lari balik ke kelas, sama sekali lupa kalau kebelet. Dan abis itu badan rasanya lemeeeeess banget.
Nggak berani cerita ke siapa-siapa karena takut pada panik. Besoknya, setelah terang langitnya saya baru cerita sama kakak kelas yang ada disitu. Dan, disuruh berdoa aja. Yaelah.. dari kemarin abis liat yang ada doa terus mbak hahaha
Sekarang, saya sudah nggak pernah sama sekali lihat serem-sereman macam begini. Kalau di rumah sekarang yang di Malang paling suka denger langkah-langkah diatas genteng. Tapi ya, dianggep aja kucing jalan-jalan diatap.
Dan lagi, saya sekarang penakut kelas berat. Mana berani saya nonton conjuring yang valak-valak itu. Pada nonton bareng di pojok aja saya melipir pasang headset nontonin vlog.
Makanya say sih heran kalau ada orang berburu hantu dan sengaja pengen lihat yang serem. Kalau saya sih ogah bro
Cheers,
Ajeng