Sunday, May 24, 2009

Pak Boediono Neolib? Are u sure??

Beberapa hari kita dijejali dengan tayangan berita yang menginformasikan serangan tokoh-tokoh partai Politik yang menyerang Pasangan SBY-Boediono terutama menyerang Pak Boediono menuduh bahwa beliau adalah seorang tokoh yang berpaham Neoliberalisme yang pasti akan merugikan rakyat jika kelak terpilih menjadi wapres berpasangan dengan Pak SBY.
Nah sekarang saya tanya kepada anda, teman-teman saya tercinta yang kebetulan membaca artikel ini. Apa sih Neoliberalisme itu? Adakah dari kalian bisa menjelaskan pada saya kenapa Pak Boediono sampai dituduh berpaham Neoliberal? Dan kenapa hampis semua ekonomi yang berorientasi pada kerjasama investasi negara asing dikatakan neoliberal?
Kenapa saya bertanya? Karena beberapa hari yang lalu ketika saya berdiskusi bersama teman-teman saya yang kebetulan aktivis organisasi Ekstra kampus dan menjadi barisan depan orang-orang yang menolak Deklarasi Pasangan SBY-Boediono, mereka sendiri sebenarnya kurang mengerti apa itu Neoliberalisme. Jadi mereka berangkat berdemo hanya karena mereka terprovokasi teman-teman yang lain yang mengatakan bahwa pasangan SBY-Boediono itu Jelek. Pokoknya jelek, tanpa penjelasan lebih lanjut. SBY-Boediono itu Neoliberal, akan menyengsarakan rakyat. Tanpa Penjelasan lebih lanjut.
Dengan pengalaman itu, saya akan mencoba menjelaskan arti Neoliberalisme dengan kutipan dari wikipedia dan berbagai Referensi lain. Dengan segala keterbatasan saya semoga artikel ini berguna dan bermanfaat bagi siapapun yang ingin tau lebih dalam tentang apa itu neoliberalisme
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan mengarah pada penciptaan Distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif.
Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas, merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.
Neoliberalisme merupakan sebuah fenomena sosial-politik yang biasanya dialamatkan kepada sekelompok penguasa dan intelektual di Barat yang mendukung dan ingin menghidupkan kembali gagasan-gagasan liberalisme klasik. Neoliberalisme adalah kata lain dari “liberalisme baru”. Neoliberalisme kerap dianggap sebagai pendukung pasar bebas, ekspansi modal dan globalisasi.
Istilah neoliberalisme sering disalah-artikan. Misalnya, ada sebagian yang menganggap bahwa ekonomi pasar identik dengan neoliberalisme. Menurut B. Herry Priyono, neoliberalisme memang melibatkan aplikasi ekonomi pasar, tetapi tidak semua ekonomi pasar bersifat neoliberal: ekonomi pasar sosial tidak bersifat neoliberal. Awalan neo (baru) pada istilah neoliberalisme menunjuk pada gejala yang mirip dengan tata ekonomi 30 tahun terakhir dengan masa kejayaan liberalisme ekonomi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang ditandai dominasi financial capital dalam proses ekonomi. Namun, yang terjadi dalam 30 tahun terakhir tersebut (akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20) bercorak lebih ekstrem dan gejala ini berlangsung dengan berakhirnya era besar yang disebut embedded lberalism.
Neoliberal merupakan paham pembaharuan dari liberalisme dan teman-temannya(kapitalisme dan globalisme) semuanya ini menganut sistem ekonomi yang kekuatannya ada pada modal individu (swasta). Mungkin karena masyarakat Indonesia yang masih berkutat pada kemiskinan itulah yang menyebabkan paham ini sulit diterapkan di Indonesia. Mereka takut dengan Naiknya Boediono sebagai Cawapres nantinya bukan memajukan ekonomi kerakyatan tetapi hanya akan memperkuat daya cengkram kaum-kaum liberal.
Ekonomi pasar bebas memang belum cocok diterapkan di Indonesia, masih perlu campur tangan pemerintah untuk mengontrol jalannya perekonomian yang berusaha agar tetap berpihak pada kaum proletar.
Sebenarnya paham neoliberal masih banyak cabang dan rantingnya, dan untuk Indonesia mungkin ada cabang atau ranting dari liberalisme yang cocok diterapkan apabila kita ini pintar memadukan antara ekonomi kerakyatan dengan ekonomi “ala” barat itu. Jadi janganlah selalu memandang sesuatu yang berasal dari barat itu jelek. Sudut pandang kita juga menentukan apakah masalah itu jelek atau baik. Dan kenapa kita tidak menyaring kebaikan dari kejelekan tersebut dan mencari yang paling tepat sehingga bisa diterapkan di negara ini
Apakah Boediono benar seorang Neoliberal?? mungkin saja.
tapi saya punya alasan kenapa saya tidak percaya beliau seorang Neoliberal Sebelum Boediono menjadi menteri keuangan, total utang luar negeri Indonesia terhadap PDB di atas 100 persen. Namun selama menjabat, rasio total utang terhadap PDB kurang dari 31 persen. Bahkan, selama meniti karir di Bappenas, menteri keuangan, lalu menjadi Menko perekonomian di kabinet Indonesia bersatu justru mendukung program BLT, PNPM juga KUR.
Pak Boed dan Pak Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menko Perekonomian bekerja keras memulihkan stabilitas ekonomi yang “gonjang-ganjing” di bawah pemerintahan Gus Dur. Hasilnya cukup mengesankan. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan terus menerus.
Dan tuduhan yang menyebut Pak Boediono haus kekuasaan jelas tidak benar karena ketika Pak SBY akan meresshuffle kabinet dan sempat mempertimbangkan pemilihan Pak Boediono beliau malah tidak bersedia menjabat
Itu jelas bukan neo liberal. Jadi tuduhan yang dihembuskan selama ini, nampaknya tidak beralasan. Indonesia ke depan membutuhkan pemimpin yang bisa berpikir tidak linier tapi memberikan terobosan di tengah krisis. Silakan membaca tulisan Pak Faishal Basri tentang Pak Boediono disini
Saya juga menambah kadar Positive Thinking saya setelah melihat foto ini


Kesederhanaan yang diperlihatkan beliau dari penampilan mungkin saja bisa diragukan sebagai kepura-puraan, Tapi kesederhanaan sorot mata beliau tentu bukan settingan. Karena mata adalah jendela hati kan? Thx Mas Wisnu Nugroho for boosting my trust to them
Sebenarnya kenapa sih beliau ini dituduh Neoliberal? Apakah orang-orang yang mengatai beliau itu Neoliberal ada di balik setiap pengambilan keputusannya? apakah pernah melihat beliau menjadi "titipan" IMF? Kenapa Pak Boediono yang dituduh dan bukan Menkeu yang lain?
Dan jika memang beliau Neoliberal kenapa malah mengakhiri kerja sama dengan IMF di masa Pemerintahan Bu Megawati? Pak Boediono juga menerapkan aturan2 ekonomi yang ketat sehingga arus modal dan uang tidak terlalu bebas berkeliaran di Indonesia, sehingga ekonomi kita tidak labil. Akibatnya, kinerja Indonesia dalam menghadapi krisis termasuk TERBAIK di Asia bersama India dan Cina.
Alasan banyak orang yang kontra dengan Pak Boediono dan penunjukannya sebagai Wapres Salah satunya yaitu karena Boediono seorang yang berasal dari non-partai (profesional), tidak terlalu islami, dan yang paling kritis yaitu ia seorang neoliberal (antek IMF), kebanyakan yang kontra dengan Boediono kerena ia seorang neoliberal adalah para aktivis dan dari kalangan LSM. Alasan kenapa Boediono dikatakan sebagai neoliberal karena ia lulusan Business Economics, Wharton School, University of Pennsylvania, AS dengan gelar Doctor of Philosophy. Apakah karena ia lulusan AS yang notabene negara liberal?
Tak sampai disitu Track Record di bidang ekonomi yang juga membawanya menjadi Internal Auditor Bank Of Amerika cabang Jakarta tahun 1969-1970, itu yang membuat masyarakat yang menolak Boediono sebagai Cawapres mendampingi SBY, mereka menilai karena ia pernah bekerja d Bank asing, langsung mencapnya sebagai antek asing yang pahamnya (pasti) neoliberal.
Ada pula yang mengatakan karena Boediono seorang neoliberal maka ia tidak islami, bukannya agama itu urusan makhluk dengan tuhannya. Janganlah dicampur masalah negara dengan masalah agama, karena negara Indonesia ini adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Jadi jangan Padahal dulu Boediono pernah menjadi Gubernur pengganti Bank Pembangunan Islam untuk Indonesia sekitar tahun 1993-1998.
Lucunya lagi, kenapa bagi yang menolak Boediono, tidak mempermasalahkan ketika ia naik sebagai Gubernur BI, padahal BI merupakan regulator bagi perekonomian kita.
Kalau anda tidak setuju dengan pasangan SBY-Boediono karena suatu paham ekonomi, kita masih punya kandidat Capres dan Cawapres lain yang mungkin mempunyai pemikiran baru untuk memajukan perekonomian bangsa ini.Tidak setuju SBY-Boediono? Tidak usah contreng, pilih Mega-Pro. Tidak setuju Mega-Pro? Pilih JK-Win. Tidak setuju JK-Win? Pilih SBY-Boediono. Tidak suka ketiganya? Jangan Golput! Pilih satu dari ketiganya yang jelek itu, pilih yang paling baik dari yang jelek. Saya yakin pasti ada.
Kita sebagai warga negara yang cerdas juga harus cerdas dalam menentukan pilihan, banyak-banyaklah membaca
Yang terpenting siapapun yang akan menjadi RI 1 dan RI 2, kita harus terima dengan legowo karena itu pilihan rakyat dan jangan sampai hanya dengan berbeda pandangan atau paham, kita terpecah belah, bukankah kita punya wakil rakyat yang akan mengontrol semua kebijakan dan langkah yang akan diambil pemerintah nantinya. Jika memang Pak Boediono seorang Neoliberal dan kebijakannya kelak ada yang merugikan rakyat (saya yakin pasti ada karena tidak ada manusia yang sempurna. Pak Boediono juga bukan Superman, Nabi, atau Tuhan) saya yakin, wakil rakyat yang sudah kita pilih dalam Pileg lalu dan Para tokoh-tokoh politik akan mengingatkan beliau. Jadi janganlah menghujat terlalu keras. Kelak kita akan malu jika ternyata memang Pak Boediono dan Pak SBY memang bisa membawa kesejahteraan rakyat maka kita yang sudah terlanjur menghujat akan malu.
Biarlah tokoh-tokoh itu saling menghujat dan Menuduh. Tapi sebaiknya kita sebagai rakyat biasa dan bukan tokoh politik mencari dan membaca referensi tentang tokoh-tokoh yang saling menghujat itu secara teliti. Karena apa? karena kita yang memilih. Kita yang menentukan seperti apa negara ke depan.
Lebih baik kita melihat kemampuan pak Boediono di bidangnya, tidak perlu kita melihat pahamnya, karena saya yakin beliau pasti akan melakukan yang terbaik untuk negara.

7 comments:

Sumarno W said...

memang sangat disayangkan, masih banyak masyarakat kita yang kurang bahkan tidak tahu, hanya ikut2an, termasuk mengomentari isu tentang Budiono sbg antek neoliberal. Kurang bijak dan bahkan tak ada gunanya berdebat sama mereka, percuma karena meraka sebetulnya tidak tahu. Saya yakin tidak ada warga negara yang mau menjadi antek2 asing, apalagi orang sekelas pak Boediono.
terima kasih inponya

Ajeng Sueztika Constitusia said...

dan lagi mereka yang menuduh itu tidak punya bukti konkrit mas Sumarno, mereka menuduh hanya karena pada waktu Boediono menjadi Menkeu itu banyak kebijakan yg meloloskan hutang negara. Padahal jika mau ditarik tanggung jawab ya salah Pres-Wapres pada masa itu. Kan pemutus kebijakan itu Pres-Wapres, bukan pak Boediono

gajah_pesing said...

kalo masalah politik saia buta ato lebih baik saia diem, daripada ada apa-apanya...

sandynata said...

mahasiswa sekarang memang lebih banyak omong padahal g tau apa-apa ikutan demo-demo

dari awal saya juga bingung, kalo misalnya gak suka sama pasangan SBY-Budiono, ya sudah! pas pemilu gak usah nyontreng! beres toh!

ngapain juga demo-demo sampe dorong2an dan berantem sama pak pulisi

mo budiono kek, mo budi anduk kek, itu sudah pilihan pak SBY, dan ini demokrasi! beliau punya hak untuk itu

dan semua semua yang ndak suka ya juga berhak utk tidak menyontreng!

yg gampang kok dibikin susah? pikirin itu kuliah, belajar yang bener, ntar kalo udah lulus jangan sampe jadi beban negara menjadi pengangguran! BUKTIKAN ITU!

*padahal tadi males ngomen, ah kau menggodaku*

Anonymous said...

setuju banget Jeng! dukung SBY ber-Boedi! hahaha. nga sih, menurut aku akan lebih pas kalo SBY ama Mega, tapi jelas ya gamungkin kejadian. tapi ama Boediono juga oke. dia kan ekonom. pasti bisa ngatur perekonomian negara kita dengan lebih baik. ya kan? :)

new post, btw! comment nya dooonG!

Ajeng Sueztika Constitusia said...

Gajah Pesing: saya juga kabur, tp sebelum jadi buta saya baca referensi yg banyak deh biar ga kabur-kabur bgt

Oom Sandynata: Yeah emg mahasiswa skrg suka terprovokasi sm hal yg ga jelas dan lbh suka memperjuangkan hal2 yg g mrk g ngerti drpd memperjuangkan nilai2 yg diambang garis kemiskinan itu

Sasha:Yeah yang jelas aku yakin siapapun nanti yg jadi Presiden atau waprespasti bakal melakukan yg terbaik, apapun pahamnya

Anonymous said...

hem... nice write jeng,,,

supaya lebih yo'i kasih perbandingan sejarah, terutama buat negara-negara yang menrapkan neoliberal..
anggaplah AS... AS, UK juga gencar free marketnya...tapi rule dan kebijakan dari pemerintah cukup jelas dan sangat mengikat.. kita tahu kan mereka menganut common low... artinya rule itu menjadi falsafah hukum yang harus dipatuhi...