Dahulu kala ketika saya masih awal tinggal di Malang saya mengira malang itu hanya kota saja, setelah mulai skripsi saya baru ngeh kalau Malang Raya itu luas banget, bahkan Kecamatan Kasembon yang berbatasan langsung dengan Kediri itu 2 jam perjalanan jauhnya dari Kota Malang, bahkan 3 jam jauhnya dari Ibukota Kabupatennya yaitu Kepanjen.
Alhamdulillah waa syukurillah setelah kerja saya punya bos baik, sukanya jalan-jalan yang anti mainstream. Doyan banget ngajak belanja tapi suka banget liat yang biru dan ijo. Kebetulan yang menyenangkan, karena kantor saya isinya sedikit orang dan bisa diselip-selipin dalam 2 mobil SUV, saya dan teman-teman kantor sering "diangkut" mengunjungi tempat-tempat wisata yang diketahui beliau dari Big Big Boss, Bapak Bupati Malang.
Jadi, di Kabupaten Malang selama periode pertama kepemimpinan Bapak Bupati itu ada kegiatan sambang desa. Desa yang jadi sasarannya adalah desa tertinggal yang tempatnya seringkali di ujung Malang (lebay) dan medannya ala-ala jalan desa yang masih perawan. Jalan makadam sih masih bagus, seringkali jalannya masih tanah, berkelok-kelok, lubang, dan becek. Bukan bu bos namanya kalau tidak menganut prinsip kalau terlanjur basah kecipratan air, nyemplung aja sekalian. Kegiatan sambang desa itu seringkali dirangkai dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar desa tersebut, bahkan sampai periode pertama berakhir dan sekarang di periode kedua yang namanya berubah menjadi "Sambang Desa Wisata" makin antusiaslah ada embel-embel kata wisata berarti yang disambangi kan yang ada tempat wisatanya. Gathering is just one sip away, kenapa nggak lanjut?
Jaman kuliah saya pernah ke pulau sempu bareng teman-teman, trekking dan menginap di tengah pulau. Setelah kerja, makin taulah saya kalau Pantai di Kabupaten Malang itu buanyak dan bagus-bagus. Bukan sekedar pantai mainstream macam Balekambang dan Sendang Biru.
Yang terbaru, setelah pantai 3 warna dkk (yang saya masih tetep males nulis trip reportnya) saya jalan ke pantai Lenggoksono. Acara ini semi gathering karena direncanakan dan bajunya seragam.
Pantai Lenggoksono adanya di Kecamatan Tirtoyudo. Perjalanan waktu itu saya (dan teman-teman beserta supir kantor) lewat Kecamatan Turen dan Dampit mengikuti petunjuk arah ke Kecamatan Tirtoyudo. Dari Kecamatan Tirtoyudonya masih sekitar 20 kilo dari pantai, melewati jalan yang mulus (tapi sempit dan berkelok-kelok) sepanjang jalan ada perkebunan cengkeh yang bunganya berbau wangi apalagi waktu itu saya berangkatnya pagi buta (jam 06.30 sampai di Kecamatan Tirtoyudo which is sekitar hampir 2 jam dari Malang) Ke Malang Selatan ini nggak ada transportasi umum yang langsung, harus sewa angkot atau bawa kendaraan pribadi.
Pantai Lenggoksono ini, ombaknya kalem. Mungkin karena letaknya tidak langsung menghadap laut lepas. Pantainya lebar dan dikelilingi tebing khas pantai malang selatan. Di tepinya, walaupun masih ala kadarnya ada fasilitas kamar mandi dan warung penjual makanan tanda pantai ini banyak dikunjungi orang.
Ketika sudah sampai disini, jangan cuma nongkrong disini, karena tidak jauh dari pantai ini ada pantai bolu-bolu dan air terjun banyu anjlok yang tempatnya di tepi pantai. Sekali dayung, 3 pantai terlampaui. Bisa lah foto OOTD *penting* Cara menuju air terjun banyu anjlok dan pantai bolu-bolu ini bisa dengan naik sepeda motor atau trekking di sepanjang tebing yang di sekeliling pantai. Tapi hari itu saya (dan teman-teman kantor) memilih sewa perahu nelayan yang tarifnya 60 ribu per kepala dan 1 perahu bisa diisi sampai dengan 8 orang.
Perjalanan menuju pantai bolu-bolu ini ditempuh sekitar 20 menit menyebrang laut dengan ombak yang lumayan tinggi. Ketika naik perahu nelayan tidak diperbolehkan membawa tas berisi pakaian *gagal sudah foto ootd, 3 pantai bajunya sama* dan diingatkan dengan serius agar yang membawa handphone dibungkus plastik atau pouch anti air juga dilarang keras membawa jeruk karena dipercaya ombaknya akan jadi besar apabila ada jeruk diatas perahu. Diiyain aja ya biar cepet
Pantai bolu-bolu ini sangat sepi dan seperti ada di pulau tidak berpenghuni. Pantainya bersih, pasirnya halus tapi sebaiknya alas kaki tetap dipakai karena pantainya berkarang. Airnya biru dan sangat bening sampai terlihat karang yang ada di dasar lautnya. Dipinggir pantainya ada deretan pohon yang rindang, bisa dipakai duduk sambil mendengarkan bunyi binatang entah apa yang hidup di tebing-tebing *saya parno berat duduk disitu. takut ada ular gelantongan* Pantai ini biasa digunakan sebagai tempat berkemah, jadi kata nelayan yang menyetir perahu ada kamar mandi walaupun ala kadarnya dan warung yang disitu juga menjual makanan.. Kata salah satu teman kantor, pantai bolu-bolu ini tebingnya berbentuk angka 8 jadi dinamakan bolu-bolu. Benar atau nggak saya belum membuktikan karena saya nggak punya drone yang bisa memotret dari ketinggian, jadi sementara dianggap benar aja ya.
Setelah dari pantai bolu-bolu, kami diajak lanjut menuju air terjun banyu anjlok yang ada di dekat pantai bolu-bolu, walaupun dekat (sekitar 10 menit) kesananya tetap harus naik perahu.
Air terjun ini dari jauh terlihat kecil tapi ketika mendekat ternyata tinggi dan aliran airnya sangat deras. Air yang ada di air terjun ini berasal dari sumber air tawar dari atas bukit yang setelah turun bercampur dengan air laut. Best part buat saya yang tidak terlalu suka kena air laut di kepala *karena asin dan lengket* mandi di sini airnya tawar tapi serasa di pantai karena ada ombak samar-samar dari laut. Saya nggak tau air payau itu rasanya seperti apa, tapi disini rasa airnya kok sepertinya masih tawar
Selesai mandi dan berenang disini nggak bisa langsung berbilas, harus kembali dulu ke Pantai Lenggoksono. Ketika naik perahu kembali ombaknya lumayan besar sehingga perjalanan agak terhambat
Sekali lagi setiap kali pulang dari pantai dari Malang Selatan, saya selalu berharap semoga sambang desa wisata itu berdampak secara signifikan terhadap pembangunan sarana dan prasarana di sekitar pantai. Siapa tau 10-20 tahun lagi menuju pantai di Malang Selatan semudah pergi ke pantai-pantai di Bali? Boleh dong ngerep?
Cheers.
Ajeng
Alhamdulillah waa syukurillah setelah kerja saya punya bos baik, sukanya jalan-jalan yang anti mainstream. Doyan banget ngajak belanja tapi suka banget liat yang biru dan ijo. Kebetulan yang menyenangkan, karena kantor saya isinya sedikit orang dan bisa diselip-selipin dalam 2 mobil SUV, saya dan teman-teman kantor sering "diangkut" mengunjungi tempat-tempat wisata yang diketahui beliau dari Big Big Boss, Bapak Bupati Malang.
Jadi, di Kabupaten Malang selama periode pertama kepemimpinan Bapak Bupati itu ada kegiatan sambang desa. Desa yang jadi sasarannya adalah desa tertinggal yang tempatnya seringkali di ujung Malang (lebay) dan medannya ala-ala jalan desa yang masih perawan. Jalan makadam sih masih bagus, seringkali jalannya masih tanah, berkelok-kelok, lubang, dan becek. Bukan bu bos namanya kalau tidak menganut prinsip kalau terlanjur basah kecipratan air, nyemplung aja sekalian. Kegiatan sambang desa itu seringkali dirangkai dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di sekitar desa tersebut, bahkan sampai periode pertama berakhir dan sekarang di periode kedua yang namanya berubah menjadi "Sambang Desa Wisata" makin antusiaslah ada embel-embel kata wisata berarti yang disambangi kan yang ada tempat wisatanya. Gathering is just one sip away, kenapa nggak lanjut?
Jaman kuliah saya pernah ke pulau sempu bareng teman-teman, trekking dan menginap di tengah pulau. Setelah kerja, makin taulah saya kalau Pantai di Kabupaten Malang itu buanyak dan bagus-bagus. Bukan sekedar pantai mainstream macam Balekambang dan Sendang Biru.
Yang terbaru, setelah pantai 3 warna dkk (yang saya masih tetep males nulis trip reportnya) saya jalan ke pantai Lenggoksono. Acara ini semi gathering karena direncanakan dan bajunya seragam.
Pantai Lenggoksono adanya di Kecamatan Tirtoyudo. Perjalanan waktu itu saya (dan teman-teman beserta supir kantor) lewat Kecamatan Turen dan Dampit mengikuti petunjuk arah ke Kecamatan Tirtoyudo. Dari Kecamatan Tirtoyudonya masih sekitar 20 kilo dari pantai, melewati jalan yang mulus (tapi sempit dan berkelok-kelok) sepanjang jalan ada perkebunan cengkeh yang bunganya berbau wangi apalagi waktu itu saya berangkatnya pagi buta (jam 06.30 sampai di Kecamatan Tirtoyudo which is sekitar hampir 2 jam dari Malang) Ke Malang Selatan ini nggak ada transportasi umum yang langsung, harus sewa angkot atau bawa kendaraan pribadi.
Pantai Lenggoksono ini, ombaknya kalem. Mungkin karena letaknya tidak langsung menghadap laut lepas. Pantainya lebar dan dikelilingi tebing khas pantai malang selatan. Di tepinya, walaupun masih ala kadarnya ada fasilitas kamar mandi dan warung penjual makanan tanda pantai ini banyak dikunjungi orang.
Pantai Lenggoksono |
Ketika sudah sampai disini, jangan cuma nongkrong disini, karena tidak jauh dari pantai ini ada pantai bolu-bolu dan air terjun banyu anjlok yang tempatnya di tepi pantai. Sekali dayung, 3 pantai terlampaui. Bisa lah foto OOTD *penting* Cara menuju air terjun banyu anjlok dan pantai bolu-bolu ini bisa dengan naik sepeda motor atau trekking di sepanjang tebing yang di sekeliling pantai. Tapi hari itu saya (dan teman-teman kantor) memilih sewa perahu nelayan yang tarifnya 60 ribu per kepala dan 1 perahu bisa diisi sampai dengan 8 orang.
Perjalanan menuju pantai bolu-bolu ini ditempuh sekitar 20 menit menyebrang laut dengan ombak yang lumayan tinggi. Ketika naik perahu nelayan tidak diperbolehkan membawa tas berisi pakaian *gagal sudah foto ootd, 3 pantai bajunya sama* dan diingatkan dengan serius agar yang membawa handphone dibungkus plastik atau pouch anti air juga dilarang keras membawa jeruk karena dipercaya ombaknya akan jadi besar apabila ada jeruk diatas perahu. Diiyain aja ya biar cepet
Itulah perahu nelayan yang dipakai menyeberang |
Pantai bolu-bolu ini sangat sepi dan seperti ada di pulau tidak berpenghuni. Pantainya bersih, pasirnya halus tapi sebaiknya alas kaki tetap dipakai karena pantainya berkarang. Airnya biru dan sangat bening sampai terlihat karang yang ada di dasar lautnya. Dipinggir pantainya ada deretan pohon yang rindang, bisa dipakai duduk sambil mendengarkan bunyi binatang entah apa yang hidup di tebing-tebing *saya parno berat duduk disitu. takut ada ular gelantongan* Pantai ini biasa digunakan sebagai tempat berkemah, jadi kata nelayan yang menyetir perahu ada kamar mandi walaupun ala kadarnya dan warung yang disitu juga menjual makanan.. Kata salah satu teman kantor, pantai bolu-bolu ini tebingnya berbentuk angka 8 jadi dinamakan bolu-bolu. Benar atau nggak saya belum membuktikan karena saya nggak punya drone yang bisa memotret dari ketinggian, jadi sementara dianggap benar aja ya.
Setelah dari pantai bolu-bolu, kami diajak lanjut menuju air terjun banyu anjlok yang ada di dekat pantai bolu-bolu, walaupun dekat (sekitar 10 menit) kesananya tetap harus naik perahu.
Air terjun ini dari jauh terlihat kecil tapi ketika mendekat ternyata tinggi dan aliran airnya sangat deras. Air yang ada di air terjun ini berasal dari sumber air tawar dari atas bukit yang setelah turun bercampur dengan air laut. Best part buat saya yang tidak terlalu suka kena air laut di kepala *karena asin dan lengket* mandi di sini airnya tawar tapi serasa di pantai karena ada ombak samar-samar dari laut. Saya nggak tau air payau itu rasanya seperti apa, tapi disini rasa airnya kok sepertinya masih tawar
katanya ditempat saya foto ini airnya payau, tapi kok tawar biasa ya rasanya |
Sekali lagi setiap kali pulang dari pantai dari Malang Selatan, saya selalu berharap semoga sambang desa wisata itu berdampak secara signifikan terhadap pembangunan sarana dan prasarana di sekitar pantai. Siapa tau 10-20 tahun lagi menuju pantai di Malang Selatan semudah pergi ke pantai-pantai di Bali? Boleh dong ngerep?
Cheers.
Ajeng