Wednesday, May 5, 2010

Badminton Freak-Stephanie Zen


Gara-gara histeria kedua tantenya saat menonton Ricky Subagdja dan Rexy Mainaky di Olimpiade Atlanta 1996, Fraya Aloysa Iskandar jatuh cinta pada bulutangkis. Momen di mana Ricky dan Rexy merebut medali emas untuk Indonesia begitu memukau Fraya kecil, hingga ia memutuskan: ia harus jadi atlet bulutangkis!

Tapi kini, di usianya yang ke-18, Fraya terpaksa menerima kenyataan bahwa cita-citanya tak terwujud. Semua karena Mama melarangnya masuk klub bulutangkis saat ia kecil dulu. Fraya hanya bisa menyalurkan cintanya pada bulutangkis melalui ekskul di sekolah, yang tentu saja tak cukup untuk menampung bakat dan ambisinya yang begitu besar.

Dan seakan itu semua belum cukup, Fraya juga harus terima bahwa pacarnya, Albert, lebih suka ia jadi anggota cheerleader daripada berjibaku mengejar shuttle-cock di lapangan. Padahal, apa sih asyiknya pakai rok mini lalu loncat-loncat sambil pegang pom-pom?

Ketidaksukaan Albert pada bulutangkis memuncak ketika Fraya membohonginya demi bisa menonton kejuaraan Thomas-Uber Cup di Istora Senayan. Albert marah besar, dan menghukum Fraya dengan cara melarangnya menonton Thomas-Uber Cup live selama sisa pagelaran itu berlangsung. Padahal, untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, tim Uber Indonesia berhasil masuk babak final!

Kalau sudah begini, mana bisa Fraya terus bertahan sama Albert? Mending putus aja, kan?

SmileySmileySmiley


*Spoiler Alert. yang ga mau keasyikan bacanya berkurang beli dulu bukunya sebelum baca ini :p

Badminton Freak ini Ditulis Oleh Stephanie Zen. First Of all, saya mau muji-muji dia dulu nih. Dulu, ketika temen saya yang satu ini nulis Anak Band jujur saya sudah mengira bahwa Anak Band bukan Novel Pertama dan Terakhirnya pasti ada novel-novel selanjutnya yang bakalan jauh lebih bagus dari yang Pertama.

Saya inget banget dulu jaman belum ada email dan bbm saya dan dia masih surat-suratan yang datengnya 2 minggu sekali dia pernah bilang ke saya "Aku memang suka nulis kok jeng, surat-suratan sama kamu gini bisa banget buat ngelatih skill nulisku doain aja ya aku bisa terbitin novel someday" dan beberapa bulan kemudian dia kirim soft copy naskahnya yang judulnya The Swimmer aku bilang Ke adikku "nih, kita tunggu aja novelnya di toko buku. suatu hari pasti terbit. tinggal nunggu timing"

Ketika saya Baca Badminton Freak saya langsung merasakan kebenaran kalimat "experience is the best teacher" semua pecinta buku Steph, terutama yang baca dari buku pertama pasti merasakan kematangan penulisannya dari buku ke buku. Dia sekarang makin jago masukin feel ke dalam ceritanya yang sebenernya sudah mulai terasa di bukunya Dear, Dylan.

Di buku Badminton Freak ini yang nggak tau kalau penulisnya cinta berat sama badminton pasti tetep bisa merasakan euforia ketika baca. Merasakan kesal ketika Fraya dilarang-larang nonton sama Pacarnya. Dan membayangkan betapa gantengnya Edward Satria. Semua ini berkat feel luar biasa yang Dibangun Stephie.

Dia juga bilang "ini buku yang paling emosional yang pernah kutulis" dan bener banget. Ketika kita membaca perjuangan pemain, senangnya ketika menang, kecewanya ketika kalah, serasa kita nonton live dari pinggir lapangan.

And especially love the Ending!!! biasanya sebelum tokoh utama bahagia harus sedih dulu walaupun sudah ketemu kebahagiaan sebelumnya. Kalau buku ini nggak. Jadi kita merasakan bahagianya Fraya dari sejak ketemu Edwar. Love Love. Semoga makin banyak buku model begini, sedihnya ga lama-lama

Beneran deh, saya sekarang makin ga sabaran nunggu buku-buku selanjutnya dari Steph. Pengen merasakan kemajuan menulisnya. Kalau sahabat saya makin pinter seneng dong sayanya Smiley
Ayo ayo monggo dibeli Badminton Freak-nya Dijamin 100 persen nggak akan nyesel keluar uang beli buku ini

Tuesday, May 4, 2010

Cinta Pada Pandangan Pertama

Love at the first fall to...



saya kepengen banget punya oxford shoes. Saya sempet naksir Alexis flat shoes buatan Wondershoe feat Diana Rikasari, tapi ternyata pas saya coba ke Distro resmi yg Jual Wondershoe di Malang ukuran 40-nya Alexis nggak muat di kaki saya karena ujung sepatu itu meruncing. aaarrggghhh padahal yg lain 40-39 muat!!!
Dan saya tadi iseng exploring polyvore buat bikin set. and i saw that shoes and well, i fell in love directly on the first time!!! Tapi oh tapi sungguh tapi.. harganya 300 ribu lebih (bisa dilihat disini) Kalau udah gini nih, rasanya pengen cepet-cepet selesaiin skripsi terus kerja dan punya duit sendiri biar ga mupeng-mupeng terus kalau lihat barang bagus (dan yang saya suka)

Monday, May 3, 2010

Demo Demoan

Tadi saya ngampus, berangkat pagi-pagi banget karena mau ketemu dosen. Eeehh... nyampe perempatan ITN macet cet cet. Bukan karena lampu lalu lintasnya mati, tapi karena ada aksi Dalam Rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Langsung deh mood I hate monday saya mendominasi. Hari senin pagi yang terik, saya terpaksa bangun pagi demi ketemu pak dosen yang mau ke Surabaya eeehh kok macet. perfect!!
karena nggak bisa jalan ya sudah saya ngeliatin mas-mas dan mbak-mbak yang berdiri di pinggir jalan bawa spanduk dan toa itu satu-satu. Saya baca juga Spanduknya. Salah satunya ada yang bunyinya bikin saya mengerutkan kening dalam-dalam "Pendidikan Gratis Mutlak hukumnya" Entah kenapa saya langsung mengernyit baca tulisan ini.

Hal pertama yang melintas di kepala saya ketika membaca Spanduk itu adalah "Geez, Rakyat Indonesia itu tuntutannya banyak ya?" Coba kita mikir bareng-bareng deh. minta Pendidikan Gratis atau Biaya pendidikan turun tapi ketika harga BBM naik karena Subsidi BBM dicabut pada teriak-teriak nyalahin pemerintah. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Pendidikan Gratis di Indonesia tidak mungkin? Mungkin saja, asalkan dilakukan Perbaikan sistem secara menyeluruh yang tentunya harus disertai dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. saya bilang SELURUH bukan SEBAGIAN. Jangan jadi seperti sekarang, mahal sedikit teriak, naik sedikit teriak. Perbaikan sistem yang dilakukan secara baik dengan dukungan semua lapisan masyarakat mutlak harus dilakukan jika ingin melihat negara kita suatu hari nanti menetapkan Pendidikan dasar gratis.
Bentuk dukungannya apa? ini yang harus, jangan diam saja melihat kecurangan yang ada di sekitar kita. Teriak-teriak orang lain koruptor tapi mendukung ketika ada anak-anak yang mencontek atau menerima kunci jawaban saat UAN. Sama juga bohong! Ibarat berprinsip membasmi nyamuk tapi membiarkan genangan air ada di sekitar, nggak guna! Kalau ingin melakukan perbaikan bukan begitu caranya, harus ganti mindset seluruhnya!

Para mahasiswa yang demo teriak-teriak minta pendidikan gratis ketika masih kuliah tapi ketika sudah terjun ke dunia kerjua atau terpilih jadi wakil rakyat malah terima tunjangan perjalanan dinas atau mobil dinas yang terbaru dan terbaik. Kapan pendidikan bisa Gratis kalau anggaran negara terpotong sana sini untuk membiayai wakil rakyat yang (katanya) terhormat untuk plesir sana sini, naik pesawat kelas bisnis dan tidur di hotel bintang 5.

Saya juga heran, teman-teman saya yang (katanya) nasionalis yang suka demo-demo kok nggak ada yang tergerak menengok ke perkampungan kumuh yang ada di sekitar rumah mereka. Ngajar Matematika atau bahasa Indonesia untuk adik-adik disana yang masih SD atau SMP. Apa susahnya mengajarkan materi yang sudah pernah kita dapat di sekolah dulu? yah, kecuali kalau pas SD atau SMP dulu malah bolos ketika pelajaran. Walaupun kecil tapi hal itu juga termasuk usaha kita memajukan negara kan? Kok nggak ada teman-teman saya yang suka teriak teriak itu yang punya cita-cita kerja di pedalaman kalimantan atau papua pas lulus nanti semua kan maunya ke kota besar, kerja di tempat nyaman, ber-AC dan punya kendaraan Pribadi sendiri. Iya to? betul betul betul?

Inti tulisan saya ini sebenarnya apa sih, kembali lagi ke Quote-mya J.F Kennedy Jangan tanyakan apa yang diberikan Negara untukmu tapi Bertanyalah apa yang Kamu berikan kepada Negaramu!! Laksanakanlah kewajiban kalian sebagai warga negara yang baik baru menuntut. Kuliah dulu yang Rajin baru Nuntut macem-macem. hayo itu tadi yang pada Demo, Pada masuk kuliah pagi nggaaaaakkkkk *siul-siul