Tadi saya ngampus, berangkat pagi-pagi banget karena mau ketemu dosen. Eeehh... nyampe perempatan ITN macet cet cet. Bukan karena lampu lalu lintasnya mati, tapi karena ada aksi Dalam Rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Langsung deh mood I hate monday saya mendominasi. Hari senin pagi yang terik, saya terpaksa bangun pagi demi ketemu pak dosen yang mau ke Surabaya eeehh kok macet. perfect!!
karena nggak bisa jalan ya sudah saya ngeliatin mas-mas dan mbak-mbak yang berdiri di pinggir jalan bawa spanduk dan toa itu satu-satu. Saya baca juga Spanduknya. Salah satunya ada yang bunyinya bikin saya mengerutkan kening dalam-dalam "Pendidikan Gratis Mutlak hukumnya" Entah kenapa saya langsung mengernyit baca tulisan ini.
Hal pertama yang melintas di kepala saya ketika membaca Spanduk itu adalah "Geez, Rakyat Indonesia itu tuntutannya banyak ya?" Coba kita mikir bareng-bareng deh. minta Pendidikan Gratis atau Biaya pendidikan turun tapi ketika harga BBM naik karena Subsidi BBM dicabut pada teriak-teriak nyalahin pemerintah. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia
Pendidikan Gratis di Indonesia tidak mungkin? Mungkin saja, asalkan dilakukan Perbaikan sistem secara menyeluruh yang tentunya harus disertai dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. saya bilang SELURUH bukan SEBAGIAN. Jangan jadi seperti sekarang, mahal sedikit teriak, naik sedikit teriak. Perbaikan sistem yang dilakukan secara baik dengan dukungan semua lapisan masyarakat mutlak harus dilakukan jika ingin melihat negara kita suatu hari nanti menetapkan Pendidikan dasar gratis.
Bentuk dukungannya apa? ini yang harus, jangan diam saja melihat kecurangan yang ada di sekitar kita. Teriak-teriak orang lain koruptor tapi mendukung ketika ada anak-anak yang mencontek atau menerima kunci jawaban saat UAN. Sama juga bohong! Ibarat berprinsip membasmi nyamuk tapi membiarkan genangan air ada di sekitar, nggak guna! Kalau ingin melakukan perbaikan bukan begitu caranya, harus ganti mindset seluruhnya!
Para mahasiswa yang demo teriak-teriak minta pendidikan gratis ketika masih kuliah tapi ketika sudah terjun ke dunia kerjua atau terpilih jadi wakil rakyat malah terima tunjangan perjalanan dinas atau mobil dinas yang terbaru dan terbaik. Kapan pendidikan bisa Gratis kalau anggaran negara terpotong sana sini untuk membiayai wakil rakyat yang (katanya) terhormat untuk plesir sana sini, naik pesawat kelas bisnis dan tidur di hotel bintang 5.
Saya juga heran, teman-teman saya yang (katanya) nasionalis yang suka demo-demo kok nggak ada yang tergerak menengok ke perkampungan kumuh yang ada di sekitar rumah mereka. Ngajar Matematika atau bahasa Indonesia untuk adik-adik disana yang masih SD atau SMP. Apa susahnya mengajarkan materi yang sudah pernah kita dapat di sekolah dulu? yah, kecuali kalau pas SD atau SMP dulu malah bolos ketika pelajaran. Walaupun kecil tapi hal itu juga termasuk usaha kita memajukan negara kan? Kok nggak ada teman-teman saya yang suka teriak teriak itu yang punya cita-cita kerja di pedalaman kalimantan atau papua pas lulus nanti semua kan maunya ke kota besar, kerja di tempat nyaman, ber-AC dan punya kendaraan Pribadi sendiri. Iya to? betul betul betul?
Inti tulisan saya ini sebenarnya apa sih, kembali lagi ke Quote-mya J.F Kennedy Jangan tanyakan apa yang diberikan Negara untukmu tapi Bertanyalah apa yang Kamu berikan kepada Negaramu!! Laksanakanlah kewajiban kalian sebagai warga negara yang baik baru menuntut. Kuliah dulu yang Rajin baru Nuntut macem-macem. hayo itu tadi yang pada Demo, Pada masuk kuliah pagi nggaaaaakkkkk *siul-siul
4 comments:
lebih baik cuek ato ikutan demo ya, jeng..
aku cenderung let it be keknya. males ndemo, males ngomen korupsi.
all i wanna do is make my life comfortable. ngga senggol sana sini..
ciri2 orang yang .. .. rrr.. acuh dengan sekitar? :(
Apa mbak? Ngajar anak-anak. Ih, males deh. Mending ke mal. Duarrrr...!!! :p
Saya share ya. Nggak maksud diskriminasi. Saya lulusan univ Swasta yang kata orang kayak plaza. Seorang teman dari univ negeri bagus di kota saya komen : "Sekolah kalian kan mahal, kenapa mau-maunya digilir kerja sosial di pedalaman untuk mengajar".
Hiks! Itu komen yang diberikan seorang teman ketika saya dan teman-teman tugas di Peso Kediri. Pedalaman?! Hmm...padahal...mahasiswa univ kayak plaza itu nggak cuma WNI tapi juga dari Belanda, Korea, Jepang, Hongkong, Perancis. Mereka aja hand to hand ke kami, kok sebagai WNI malah protes ga mau
saya sukanya demo masak mbak. #gaknyambung #dihajarmassa
prima : ohh, universitasnya kayak Plasa yah mbak ;p.
saya juga KKN di pedalaman kok mbak, pedalaman surabaya. :)
ikut aja mbak seru lho
visit : akhmad06.student.ipb.ac.id
Post a Comment