Sunday, August 16, 2009

17 Agustus, Sebuah Postingan Klise



Saya selalu suka 17 agustus bukan karena banyak bendera merah putih berkibar, tapi karena tiba-tiba jalan, trotoar, dan sungai jadi kinclong dan bebas sampah. Tapi saya heran, kenapa semua orang kerja bakti, ngecat sana sini, pungut sampah kanan kiri cuma pas dekat 17 agustus (dan lebaran) kenapa tidak setiap minggu atau setiap hari membersihkan lingkungan. Ga perlu susah-susah deh, mulai saja dari halaman rumah dan trotoar di depan rumah. Jadi ga hanya saat 17 Agustus aja rumah, halaman, dan lingkungan bersih, kalau setiap hari bersih kan enak dilihat.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena libur tapi karena banyak warga mengadaka silaturahmi dan tasyakuran, lomba-lomba juga. entah tingkat RT, RW,atau tingkat desa. Tapi saya heran, kenapa hanya pada saat 17 agustus kumpul-kumpul, silaturahmi, dan bikin renungan. Kenapa tidak diagendakan rutin setiap 2 minggu atau tiap bulan. Atau tiap sore kalau pas ada waktu luang ngobrol di depan rumah. Bukannya semakin sering ngumpul silaturahmi makin erat, jadi kalau ada masalah atau ada tetangga yang kesusahan semua tau, tidak hanya satu dua orang saja. Dan jika ada permasalahan antar warga bisa langsung dibicarakan.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena liputan panjat pinang tapi karena semua acara televisi berubah jadi liputan tentang 17 agustus dan kepahlawanan. Tapi apa kabar liputan tentang betapa sedihnya hidup para pejuang veteran perang pada hari biasa, kesusahan hidup para pejuang itu seolah hanya untuk pelengkap liputan 17 agustus. Tapi apa tindak lanjut setelah itu, hanya blow up dan menyalah-nyalahkan pemerintah tanpa ada tindak lanjut atau himbauan membantu.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena ada Pidato kenegaraan Presiden, tapi karena Bangsa Indonesia seolah 1 suara memperingati hari kemerdekaan. Tidak ada orang adu mulut, semua cinta Indonesia. Alangkah Indahnya jika sehari-hari perbedaan pendapat yang ada diselesaikan secara baik dan tidak dengan adu mulut atau menusuk dari belakang. Alangkah Indahnya jika sebuah keputusan hasil mayoritas pendapat Rakyat dilaksanakan dengan baik tanpa ada permusuhan dan olok-olok di kemudian hari.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena lagu Hari merdeka, tapi karena Lagu Indonesia Raya dan Pancasila bergaung dimana-mana. Memang sudah seharusnya kita menghormati lagu kebangsaan dan dasar negara kita. Tapi apakah benar Lagu Kebangsaan dan Dasar Negara itu benar-benar terpatri dalam hati dalam arti sudah kita pahami, pikirkan dan amalkan. Atau hanya terhenti pada ucapan tanpa perbuatan.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena Upacara, tapi karena dimana-mana orang meneriakkan nasionalisme dan cinta Indonesia. Gerakan dan slogan cinta Indonesia bermunculan, bahkan ada gerakan memerah-putihkan facebook, twitter, dll. Tapi saya heran, kenapa ya banyak orang baru inget nasionalisme dan bangga jadi warga Indonesia pada 17 Agustus, setelah 17 agustus gerakan itu bungkam bahkan hilang dengan sendirinya. Bahkan tidak sedikit orang yang "lupa" dengan semangat cinta Indonesia. Sama halnya dengan gerakan anti teroris, kalau ada bom banyak orang ramai menulis testimoni untuk mendukung gerakan anti teroris. Kalau Bom sudah berlalu 1 bulan, mereka bahkan banyak yang tidak perduli apakah korban Bom yang luka sudah sembuh, atau apakah keluarga korban meninggal masih sedih atau tidak. Jika sudah lewat 17 agustus, banyak orang sudah lupa betapa antusiasnya mereka bicara tentang nasionalisme pada hari kemerdekaan. Lupa betapa panjang lebarnya mereka bicara tentang semangat kepahlawanan. Lupa bagaimana hebohnya mereka memaknai kemerdekaan.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena semua postingan berbau kemerdekaan, tapi 17 agustus adalah ajang Introspeksi diri saya. Apa saya, yang mengaku diri sebagai mahasiswa, sebagai agen perubahan sudah membawa perubahan yang lebih baik terhadap negara saya tercinta. Apakah pancasila sudah saya jadikan landasan dalam berpendapat, bertindak, dan menjalin kehidupan bernegara. 17 Agustus selalu menjadi teguran untuk diri saya, apa yang sudah saya berikan kepada negara saya setelah saya mengakui betapa besar saya cinta Indonesia.

Saya selalu suka 17 agustus bukan karena saya bisa bertanya pada kalian semua. Apa yang sudah pernah kita berikan kepada negara kita, teman-teman? Tapi Karena saya bisa menyadari bahwa saya masih terlalu banyak berteori dan masih merasa belum melakukan apa-apa untuk negara saya, Indonesia

2 comments:

Anastasia said...

kamu tahu jeng, terkadang aku ngerasa lebih enak ngerayain 17an di kampung gt daripada di perumahan. karena menurutku lebih rame ajah..

Helena Hotmonica said...

aku salut sama kak ajeng, soalnya ga bnyk org yang sadar kalau mereka masih memberi sedikit kontribusi buat negara kita,Indonesia.

ga banyak org yg buat gitu. lebih bnyk yg adu mulut, merasa pandangan politiknya paling benar..
:)